20 April 2011

Derita Sang Ayah ( Part 3 )

Selain Ayah ...ibu adalah segalanya buat aku, dengan beliau aku bisa berbagi kesedihan , kegembiraan, cerita tentang teman, tentang pria yang aku suka...tentang bagaimana memasak sayur ini dan itu, tengan bagaimana membuat kue yang enak....dan banyak hal yang bisa aku bagikan kepada Ibu dan tidak bisa aku bagikan kepada ayah.

Tapi kejadian ini nyata...ibuku benar2 sudah tidak ada....saat aku tersadar aku langsung mengambil air sembahyang, duduk tepat disebelah ibu membacakan surat yasin..setelah selesai waktunya ibu dimandikan. Karna hari itu benar2 aku yang sedang ditunggu....Ibupun di angkat dan itulah pertama kali aku melihat benar2 di hadapanku orang yang sudah meninggal dunia, dipangkuan kami sampai selesai ibu dimandikan sampai selesai dan kami angkat kembali keruang tengah untuk di khafani.

Air mata yang aku tahan tetap saja ingin menetes...membuat kakakku selalu menegur aku, jangan menagis...jangan menagis, doakan saja ibu supaya lebih tenang, jangan kamu menagis....
Selesai semua...selepas Sholat Zuhur ibuku dimakamkan tidak jauh kurang lebih 2 kilometer. Disitulah rumah terakhir ibuku....kami semua pergi kekuburan kecuali ayahku, tidak kuat dan tidak tahan karna istri tercinta pergi.

Selesai sudah...seperti biasa ada kenduri, tahlilah dan sebagainya.....tapi tidak selesai bagi ayahku, penyakitnya semakin parah dan parah.....kesedihan yang berlarutan membuat ayahku drop dan tidak bisa melakukan apa-apa, makan tidak selera , tidak mau keluar kamar, merasa menyesal setelah kepergian ibu, sampai akhirnya ayahku sakit tenat dan masuk kerumah sakit lagi. Beberapa hari masuk rumah sakit alhamdullilah bisa pulang...tapi kondisi yang tidak begitu pulih 100 %. Dari kesedihan itulah membuat ayah semakin tambah kurus dan sangat kurus...untuk berjalan saja tidak bisa, meskipun sebelumnya sudah begitu tetapi lebih parah setelah di tinggal ibu.....Ayah selalu mengatakan kenapa ibu pergi, kenapa tidak aku saja yang pergi...seolah-olah semua itu gara-gara ia.

Kurang lebih 2 bulan ayah seperti itu....tetapi yang membuat aku tabjub dan tak disangka ayahku mau mengikuti saran kami dan alhamdullilah pengobatan Bapak pintar ini membuat sedikit berkurang, ayah mulai bangkit dan lebih bersemangat...meskipun harus di bantu tetapi ia benar2 bertekat kalau ia harus sembuh demi kami.
Setiap pagi berjemur matahari.....duduk sebentar, jalan sebentar....terlihat ada perubahan yang lumayan. meskipun rasa sakit terkadang datang kembali. Meskipun tidak pulih 100% tapi sudah sangat membantu bagi kami.

Hingga pada pertengahan Juni ayah minta di antar ke kampung halamannya yaitu JaTeng Solo...ayah ingin bertemu keluarganya dan berobat disana, karna menurut saran dari orang pintar di kampung halamannyalah ayah bisa sembuh.
Saat itulah aku mengecewakan Ayah....

6 komentar:

iam mengatakan...

Wah sepertinya saya kudu baca yang part1 dan 2 nya dulu nih :)

Justmeilani mengatakan...

baca part 1 dan 2 dl ya,..

Muhammad A Vip mengatakan...

wah, kayaknya bakal seru lanjutannya nih. soal nangis itu lho bu, larangan menangisi jenazah itu mengada-ada, menangis karena sedih itu fitrah masak dilarang, kata Jalaludin Rakhmat itu bidah.

BaS mengatakan...

sedih bener ceritanya?

dwina.net mengatakan...

d tunggu sambungannya mbak..
hmm kalo ngomongin soal ayah tuh rasanya gimannaaaa gitu.

warsito mengatakan...

neng mana follownya dong ane kan udah tuh

Posting Komentar

Sangat berterima kasih sekali bila sahabat mau meninggalkan pesan di postingan ini.
Semoga kita selalu dalam keadaan Sehat Walafiat....Amin..