Sebuah Keluarga

Hidup berkeluarga ibarat perjalanan kapal di lautan yang berlayar dari tepian pantai menuju ke satu tujuan. Di dalam perjalanan tersebut akan sangat banyak rintangan yang akan di hadapi, di temukananya ombak, serta gelombang yang menghantam. Belum lagi jika cuaca yang sangat tidak mendukung untuk berlayar.
Perjalanan yang di tempuh akan selamat sampai ketujuan apabila sang nahkoda pandai dalam membaca arah air dan cuaca. Dan sebaliknya kapal akan karam bila nahkoda gegabah dan awak kapal lainnya tidak mau bahu membahu.

Sedikit gambaran dan satu cerita yang akan ku bagikan di sini. Dua pasang anak manusia berkomitmen untuk membangun sebuah keluarga. Pernikahapun di selenggarakan. Semua keluarga bahagia menyaksikannya...moment-moment penting pun di abadikan. Meskipun perkenalan mereka tidaklah lama namun mereka yakin kalau mereka bisa menjalankannya.

Tidak semua manusia ingin berbagi cerita “ suka, duka “ kepada pasangannya, baik itu dari wanita maupun dari pria. Wanita ini tidak ingin semua masalah yang ia punya di bagikan kepada suami tercintanya, meskipun dalam hati masih ada satu nama yang tidak bisa ia lupakan . Pilihan ini di ambilnya karna wanita tidak ingin menyakiti pasangannya. Lebih baik diam untuk memelihara keluarga yang sudah di pilihnya.

Pilihan yang di ambil ternyata untuk melakukan tidaklah gampang, dia harus merasakan betapa sakit rasa hatinya bila apa yang ia simpan tidak di katakan. Sesekali ingin di lontarkan apa yang di hadapinya, namun selalu saja di urungkan niatnya untuk mengatakannya. “ Diam ” jalan terbaik untuk keluarga yang ia bina. Meskipun dia tau kejujuran amatlah penting dalam suatu hubungan. Karna ia tau dengan kejujuran tidak semua orang bisa menerimanya.
Karna ia ingin menjadi awak kapal yang membantu nahkoda dalam mengarungi ombak yang ada di hadapannya. Karna ia tak ingin karam di tengah lautan sehingga bisa meneggelamkan penumpang-penumpang lainnya.